Bagi seseorang yang disebutkan dalam hal menampilkan ego masing-masing, merupakan aktualisasi diri manusia untuk menyalurkan keinginan atau ide untuk dirinya kepada objek di luar dirinya.
Apabila kita hubungkan dengan dunia kerja saat ini atau lebih jauhnya pada kehidupan jauh sebelum kita, secara naluri sifat atau ego inilah yang menyebabkan manusia dapat hidup dari jaman ke jaman.
Melalui proses kreatifitas dalam menempuh keinginan untuk menempati posisi yang lebih baik lagi dibandingkan dengan yang lainnya atau melalui proses dalam menaklukan alam sekitar-nya untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup.
Bagaimana kita dapat menampilkan ego yang ada dalam diri kita sendiri serta yang dipengaruhi oleh berbagai motivasi dari luar diri kita seperti keinginan dalam memperjuangkan kepentingan pribadi maupun kelompok.
Seseorang maupun secara kelompok secara naluri akan berusaha untuk mempertahankan posisi dalam perusahaan untuk kepentingan dan kelangsungan penghidupan melalui pekerjaan-nya.
Selanjutnya seseorang ataupun kelompok tersebut akan berusaha untuk menjadikan diri maupun kelompok-nya menjadi kesatuan yang lebih baik dibandingkan pribadi atau kelompok lainnya dalam perusahaan.
Demi kepentingan dan perkembangan perusahaan, hal ini dapat dipandang satu kepentingan yang positif bagi perusahaan untuk dihuni oleh beberapa atau banyak masing-masing individu atau kelompok yang memiliki ego tersebut.
Dalam dunia kerja pada umumnya, seseorang akan lebih menghabiskan waktunya di tempat mereka bekerja, sehingga aktualisasi ego akan dihabiskan dalam situasi dan di tempat mereka bekerja. Bagaimana seseorang dapat menampilkan ego yang dipengaruhi dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya secara baik seperti seseorang menampilkan dirinya melalui motivasi kerja.
Seseorang cenderung memiilki ego berlebihan akan melihat seorang lainnya secara subjektif, dan berpengaruh terhadap penilaian serta sikap seseorang terhadap lainnya. Seperti penilaian seseorang terhadap rekan kerja yang baru, secara subjektif dan naluri-nya akan memancing ego seseorang untuk mencoba mempertahankan ego yang sudah terbentuk oleh kepentingan pribadi maupun kelompok-nya, dorongan untuk mempertahankan posisi dari diri atau kelompok-nya akan terasa kuat yang akan berpengaruh terhadap hubungan sosial dalam perusahaan.
Kepentingan untuk menampilkan dan mempertahankan ego akan menimbulkan sebuah persaingan dalam pekerjaan, terlepas dari bentuk persaingan dengan menggunakan konsep sehat maupun tidak, apabila hal ini lebih disebabkan oleh kepentingan dari diri seseorang maka ego tersebut akan menghasilkan sesuatu yang merugikan terutama bagi perusahaan.
Namun apabila ego tersebut lebih dipengaruhi oleh motivasi atau kepentingan kelompok atau perusahaan, maka ego akan mendorong sesuatu ke arah yang lebih positif lagi yaitu dengan konsep sehat.
Kembali kepada persoalan bahwa bagaimana kita dapat menampilkan ego dengan konsep sehat tersebut, seperti teori yang dikemukakan Sigmund Freud yang menyatakan tentang konsep sehat bahwa manusia merupakan evolusi yang terjadi secara kebetulan dan merupakan makhuk biologis. Menurutnya bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu id, ego dan super ego.
Apabila Id bekerja menurut prinsip kelejatan, yang tidak mengambil pertimbangan sosial dan tidak bersifat realistis, tetapi sanggup menampilkan khayalan untuk memuaskannya. Sedangkan ego bekerja dalam prinsif realistis dan mengunakan potensi intelektual, super ego bekerja berdasarkan diatas prinsip nilai-nilai akhlak dan berkenaan dengan nilai yang betul dan yang salah.
Thorndike dan Jhon B. Watson mengemukakan bahwa manusia diibaratkan mesin, bahwa tingkah lakunya merupakan respon dari setiap stimulus.
Berdasarkan 2 (dua) teori yang mengemukakan konsep sehat berhubungan dengan bahasan kita kali ini bahwa seseorang dalam menampilkan ego dalam pekerjaannya akan dipengaruhi oleh kesehatan mental-nya.
Beberapa ungkapan teori diatas yang dapat dijadikan dalam contoh kasus bahwa seseorang yang memiliki keinginan yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi seperti untuk memperoleh keuntungan dari pekerjaanya lebih disebabkan oleh faktor id yang tidak terkontrol dibandingkan ego itu sendiri. Karena pekerjaannya lebih dipandang sebagai sumber penghidupan, maka seseorang akan merasa ketakutan untuk kehilangan pekerjaannya dengan menampilkan ego yang didasari kepentingan pribadi-nya.
Seseorang akan menyingkirkan pendapat baiknya mengenai kinerja orang lain demi memuluskan pendapat untuk menampilkan ego sendirinya, sehingga akan mempengaruhi sikap sosial dalam perkerjaanya. Akan sama pula apabila id yang tidak terkontrol, memungkinkan seseorang untuk lepas kendali dalam memanaj-nya, sehingga menunjukan sikap dan mental buruk dalam melakukan hubungan sosial dalam pekerjaan seperti ketidakpatuhan, kurang hormat/respect, attitude buruk bahkan seseorang dapat menikmati terhadap ego (buruk) yang dimiliki-nya.
Beberapa indikasi bahwa seseorang memiliki ego buruk seperti dalam lingkungan perusahaan adalah bagaimana lingkungan kerja kita menilai seseorang yang sedang mendapatkan perhatian positif atau negatif dari pimpinan, mereka dapat dengan mudah menilai berdasarkan azas kesalahan dan azas kebetulan, bukan dipandang dari nilai kemampuan dan prestasi seseorang.
Begitupun dalam menilai sebuah kasus tentang adanya ketidaksesuaian dari sebuah sistem, mereka cenderung untuk menilai masalah sebagai sebuah kesalahan, yang tidak di carikan dari akar atau penyebab permasalahan tersebut.
Mental dan lingkungan kerja yang tidak bagus hanya akan melahirkan sikap dan rasa hormat terhadap seseorang akan didasari oleh persamaan konsep diri berdasarkan pemuasan id, ego secara pribadi dan motivasi untuk memperoleh keuntungan dalam mendapatkan kepentingan dalam pekerjaan.
Berdasarkan pengalaman dalam menampilkan ego dalam lingkungan pekerjaan, saya berkesempatan menghadapi satu atau beberapa karyawan yang memiliki konsep sehat yang lahir dari mental yang baik maupun yang menampilkan ego yang buruk.
Dibeberapa kesempatan yang lalu, seseorang yang memiliki prestasi kurang baik dalam pekerjaan, akan dengan sendirinya menampilkan ego yang buruk, seperti kurang hormat terhadap pimpinan, sulit untuk diatur, menyalahi aturan demi kepentingan tertentu. Rasanya kita cukup merasakan kepuasan tersendiri dalam menghadapi pekerja yang memiliki ego dengan konsep sehat, bagaimana mereka akan bisa menerima setiap ketentuan yang bersinggungan dengan kepentingan, tentunya dengan menampilkan ego yang terkontrol dengan sikap yang bijaksana.
Terhadap hubungan sosial pada lingkungan pekerjaan, sebuah konsep sehat barangkali bisa diterapkan di lingkungan pekerjaan, masih menempel dalam benak pikiran saya bahwa seseorang yang memiliki kreadibilitas atau apapun itu, konsep ini berhubungan dengan motivasi seseorang terhadap pekerjaan maupun kegiatan organisasi, seperti konsep seseorang untuk bisa dipimpin dan memimpin, untuk nilai seseorang yang bisa dipimpin, maka dengan sendirinya pembelajaran terhadap konsep sehat akan membentuk seseorang untuk bisa memimpin dalam berbagai aktifitas pekerjaannya.
Seseorang yang memiliki konsep sehat dalam menampilkan ego-nya, kapanpun dan dimanapun akan selalu memberikan nilai positif dengan menampilkan dan mengembangkan ego dengan mengambil pertimbangan sosial, menggunakan kemampuan intelektual, bersifat realistis dalam pekerjaan dan menunjukan tingkah laku sesuai dengan motivasi serta stimulus positif.